Sabtu, 05 Februari 2011

OTAK DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF

TUGAS 1

HUMAN BRAIN AND COGNITIVE DEVELOPMENT
(MK. ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN)
Dosen Pengampuh:
Prof. Dr. Theresia K. Brahim


BRAIN AND COGNITIVE DEVELOPMENT

A. Brain
Struktur otak membantu mengatur tidak hanya perilaku tetapi juga metabolism, pelepasan hormon dan aspek lain dari fisiologi tubuh. Akhir-akhir ini ilmuwan berpendapat bahwa otak ternyata memiliki kelenturan, dan perkembangannya tergantung pada konteks (individu).
Fisiologi Otak
Otak manusia terbagi atas dua bagian yakni otak kiri dan otak kanan. Tiap hemister memiliki empat daerah utama yang disebut lobus. Meskipun lobus ini berkerja bersama tetapi masing-masing memiliki fungsi primer yang berbeda yaitu:

a. Lobus frontal, terlibat dalam gerakan yang disengaja, berpikir, kepribadian, dan perencanaan atau tujuan.
b. Lobus oksipital, berfungsi dalam penglihatan.
c. Lobus temporal, memiliki peran aktif dalam pendengaran, pemprosesan bahasa dan ingatan.
d. Lobus parietal, memainkan peranan penting dalam menunjukkan lokasi spasial, perhatian, dan kendali motorik.
Secara umum fungsi otak kanan dan otak kiri dapat dilihat pada gambar berikut:
dan secara sederha fungsi otak dapat dilihat pada gambar berikut:
B. Piaget’s Theory about Cognitive Development
Proses-Proses Perkembangan
Menurut Piaget proses yan digunakan anak untuk membangun pengetahuan tentang dunia adalah skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, keseimbangan, dan penyeimbangan.
Ketika anak mulai membangun pemahamannya tentang dunia, otak yang berkembang pun membentuk sebuah skema. Ini merupakan tindakan-tindakan mental yang mengorganisasikan pengetahuan. Skema-skema perilaku (aktivitas-aktivitas fisik) mencirikan masa bayi dan skema-skema mental (aktivitas-aktivitas kognitif) berkembang pada masa kanak-kanak.
Aktivitas-aktivitas bayi disusun oleh tindakan-tindakan sederhana yang diterapkan pada obyek-obyek tertentu, misalnya menyusu, melihat, dan menggenggam.
Untuk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan skema sambil beradaptasi, Piaget menawarkan dua konsep yakni:
a. Asimilasi, terjadi saat anak menggabungkan informasi ke dalam pengetahuan yang telah mereka miliki. Misalnya anak perempuan 8 tahun yang diberi sebuah palu dan paku untuk menggantung sebuah lukisan di dinding. Ia belum pernah menggunakan palu, tetapi dari pengalaman dan pengamatan ia mengetahui bahwa palu adalah benda yang harus dipegang, diayun gagangnya untuk memukul paku, dan bahwa biasanya dipukul beberapa kali. Tahu akan hal ini, ia menyesuaikan tugas barunya ke dalam pengetahuan yang ia miliki.
b. Akomodasi, terjadi bila anak menyesuaikan pengetahuan mereka agar cocok dengan informasi dan pengalaman baru. Misalnya palu adalah benda berat, maka ia memegangnya terlalu ke atas, ia mengayun terlalu keras dan pakunya bengkok, maka ia menyesuaikan tekanan pukulannya, ini menunjukkan kemampuanya mengubah pengetahuannya.
Piaget juga percaya bahwa kita melalui empat tahap dalam memahami dunia yakni:
1. Tahapan Sensorimotor
Tahap ini mulai dari 0-2 tahun, anak mulai membangun pemahaman mengenai dunia ini dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (pengilihatan dan pendengaran) dengan tindakan fisik dan motorik. Bayi memiliki lebih dari sekedar pola-pola refleksif untuk dapat melakukan sesuatu. Pada akhir tahap ini anak umur 2 tahun memiliki pola sensorimotor kompleks dan mulai menggunakan simbol-simbol sederhana.

2. Tahapan Praoperasional
Tahap ini sekitar umur 2-7 tahun, anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar, dan lukisan. Namun anak prasekolah masih kurang mampu melakukan operasi (tindakan mental yang terinternalisasi) yang memungkinkan anak melakukan secara mental apa yang sebelumnya hanya dilakukan secara fisik. Akan tetapi beberapa hambatan pemikiran anak pada tahap ini adalah egosentrisme dan sentralisasi.
Sentralisasi adalah pemusatan perhatian pada satu karakteristik dan pengabaian karakteristik lain. Misalnya dalam membandingkan isi dari dua buah gelas berisi air yang bentuknya berbeda. Operasi adalah tindakan mental dua arah (reversible). Penambahan dan pengurangan jumlah secara mental adalah contoh operasi. Pemikiran-pemikiran praoperasional adalah awal kemampuan menyusun ulang dalam pemikiran hal-hal yang telah dibentuk dalam perilaku.
Anak pada usia ini menggunakan desain-desain acak untuk menggambarkan orang, rumah, dll, mereka mulai menggunakan bahasa dan melakukan permainan “pura-pura” (permainan seolah menganggap dirinya sebagai seseorang sesuatu). Namun, meski anak-anak membuat kemajuan yang unik dalam sub tahapan ini, kemajuan pemikiran mereka masih memiliki beberapa batasan-batasan yang penting, dua diantaranya adalah egosentrisme dan animisme.
a. Egosentrisme: merupakan ketidakmampuan membedakan perspektif diri sendiri dan orang lain. Misalnya dalam percakapan dengan cara mengangguk.
b. Animisme: merupakan keyakinan bahwa objek-objek yang tidak bergerak memiliki kehidupan dan kemampuan bertindak.

3. Tahapan Operasional Kongkret
Tahap ini berkisar 7-11 tahun, anak dapat melakukan operasi dan penalaran logis menggantikan pikiran intuitif selama penalaran dapat diterapkan pada contoh kasus dan kongkret, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan obyek menjadi kelas-kelas hierarki (klasifikasi) dan menempatkan obyek-obyek dalam urutan yang teratur (serialisasi).

4. Tahapan Operasional Formal
Tahap ini berkisar 11-15 tahun, individu lebih melampaui pengalaman kongkret dan berpikir abstrak, idealis dan lebih logis. Berpikir lebih abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi ideal, berpikir mengenai bagaimana orang tua ideal seharusnya dan membandingkan orang tua mereka dengan standar ideal ini. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan masa depan dan takjub mereka dapat menjadi apa saja. Dalam memecahkan masalah, pemikir operasional formal lebih sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu, kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif.

C. Aplication Piaget’s Theory In Students Education
Untuk penerapan teori tersebut di dalam pendidikan perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Lingkungan pendidikan sebaiknya menyediakan berbagai kegiatan yang mendorong perkembangan kognitif anak
2. Perlu interaksi anak dengan teman sebayanya seperti melakukan eksplorasi, inquiri dan discovery. Untuk memperkaya pengalaman empirik, logika matematika dan sosial anak.
3. Mempertimbangkan strategi mengajar yang menghadapkan anak pada peristiwa yang mengandung konflik dan ketidakpastian, sehingga proses asimilasi, akomodasi dan equilibrium dapat terjadi.
4. Proses belajar berdasarkan tugas-tugas belajar yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak sehingga anak dapat berpartisipasi aktif melalui berbagai kegiatan eksplorasi, inquiri dan discovery.


PEMBAGIAN OTAK MANUSIA  
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT JEAN PIAGET
OLEH
KELOMPOK I

1.ARAMUDIN
2.HARTONO
3.AGUS HERIANTO
4.EVALOLITA
5.FAUZIAH
6.FAHRIDA YULIZA
8.HANAFI
9.NITA KOMARASARI
10.OMAH MUKARROMAH
11.SALMAH
12.SITI NURHIKMAH


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar